Sudah sejak awal kariernya Iwan Fals banyak membuat
lagu yang bertema kritik sosial. Baik kritikan kepada pemerintah mau pun
tingkah masyarakat yang miring. Lewat lagu-lagunya, Iwan ‘memotret’
suasana kehidupan sosial di Indonesia, dari akhir tahun 1970-an hingga
sekarang. Serta kehidupan dunia pada umumnya, dan bahkan kehidupannya
sendiri.
Ada beberapa lagu yang ‘berani’, dan bisa dikategorikan terlalu keras pada masa Orde Baru
yang repressif terhadap kritik. Sehingga perusahaan rekaman enggan,
atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu itu dalam album
untuk dijual bebas. Kalau pun terlanjur masuk pasar, ada yang terpaksa
ditarik kembali karena dicekal penguasa.
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat
diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara
lagi. Iwan Fals
juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut di panggung konser musik,
yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak
keamanan, dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu
stabilitas negara.
Bukan itu saja, selama Orde Baru, banyak juga jadwal acara konser Iwan
yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik
lagunya dianggap dapat ‘memancing kerusuhan’. Itulah alasan resmi untuk
kritikan Iwan yang bisa membuat merah telinga pejabat yang berkuasa.
Beberapa konser musiknya pada tahun 1980-an juga sempat disabotase
dengan cara memadamkan aliran listrik. Dan pernah juga dibubarkan secara
paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu, gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru.
Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan
teror. Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan
rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat langka
dan berharga. Ada lebih dari 30 lagu dari kurun waktu antara 1978 –
2008, setahun sebelum jatuhnya Orba.
Inilah nomor-nomor lawas milik Iwan Fals yang tidak beredar dipasaran:
Demokrasi Nasi (1978), Semar Mendem (1978), Pola Sederhana (Anak
Cendana) (1978), Mbak Tini (1978), Siti Sang Bidadari (1978), Kisah Sapi
Malam (1978), Mince Makelar (1978), Luka Lama (1984), Anissa (1986),
Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986), Oh Indonesia (1992), Imelda Mardun
(1992), Maumere (1993), Joned (1993), Mesin Mesin Pembunuh (1994),
Suara Dari Jalanan (1996), Demokrasi Otoriter (1996), Pemandangan
(1996), Jambore Wisata (1996), Aku Tak Punya Apa-Apa (1997), Cerita Lama
Tiananmen (1998), Serdadu dan Kutil (1998), 15 Juta (1998), Mencari
Kata Kata (1998)
Malam Sunyi (1999), Sketsa Setan Yang Bisu (2000), Indonesiaku (2001),
Kemarau (2003), Lagu Sedih (2003), Kembali Ke Masa Lalu (2003), Harapan
Tak Boleh Mati (2004), Saat Minggu Masih Pagi (2004), Repot Nasi / Sami
Mawon (2005), Hari Raya Bumi (2007) dan Berita Cuaca (2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar